Selasa, 15 Januari 2013

I.K.S

Karena hati bukan memilih, tapi dipilih.
Seandainya aku mampu memilih, aku tak akan memilihmu. Aku cukup tau diri.
3 hari sudah, rasanya cukup untuk berduka.
bukannya luka ini sudah lenyap tak bersisa, hanya saja aku tak mau larut terlalu lama.
pasrah bukan berarti kalah. aku bisa mengerti makna kalimat itu sekarang.
aku hanya ingin terus berharap.
bukankah hidup masih terus berjalan?
bukankah semuanya sudah digariskan? Lalu kenapa kita takut untuk berusaha?! Berharap.
memang sulit awalnya.
membiarkan waktu mengobati luka ini. walau mungkin akan berbekas, setidaknya aku tidak harus diam.
Tuhan, apapun rencanamu, semoga kami bahagia.
Semoga siapapun pendampingnya kelak, bisa membantu dan menemaninya mewujudkan mimpi.
Semoga dia bisa membuatmu tersenyum selalu, seperti kau pernah melakukannya dulu padaku.
Yang bisa kulakukan sekarang adalah berdamai. Berdamai dengan keadaan. Berdamai denganmu. Hanya saja, aku tidak tau darimana harus memulai.

Tiga hari sebelumnya:
kalo aku ditanya apa yang dirasakan saat patah hati, maka jawabannya adalah dingin. Membeku.
Ya itu yang aku rasakan malam itu. Aku benar-benar kedinginan sekaligus limbung tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat itu kau bilang kau sudah menjalin hubungan dengan wanita lain. Dia yang mengharapkanmu dari dulu.
Kau tidak tau, aku juga sama sepertinya, hanya terlalu bingung bagaimana menyampaikannya.
Lalu aku katakan perasaanku padamu.
Kamu jawab sama, tapi...tentu saja kamu tidak bisa mengingkari kata-katamu sendiri,ya kan? Atau perasaanmu padanya lebih besar daripada kepadaku. Entahlah, hanya kamu dan Tuhan yang tau.
Aku butuh penjelasan, pikirku. Lalu kau menceritakannya.
Tapi aku malah tidak bisa berpikir. Hanya menangis. Walau tubuhku sudah tak dingin setelah mendapatkan telpon darimu.
Kemudian, aku hanya menertawakan semua ini. How funny is it! Mungkin Tuhan sedang berkelakar denganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar